30.1.11

ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata
ketika kita berdua
hanya aku yang bisa bertanya
mungkinkah kau tahu jawabnya

malam jadi saksinya
kita berdua diantara kata yang tak terucap
berharap waktu membawa keberanian
untuk datang membawa jawaban

mungkinkah kita ada kesempatan
ucapkan janji
takkan berpisah selamanya


*untuk pecinta yang memilih untuk tetap diam...


Payung Teduh - Berdua Saja

27.1.11

Go Go Power Balance

Go Go Power Balance ???


Seimbang.
Seimbang itu stabil.
Seimbang itu sama rata.
Seimbang itu kokoh.
Seimbang itu adil.
Seimbang itu tidak terpengaruh.
Seimbang itu tidak sombong.
Seimbang itu tidak iri.
Seimbang itu tidak egois.
Seimbang itu tidak menguasai.
Seimbang ?
Ada apa dengan keseimbangan kalian ?
Bukankah Tuhan sudah membekali kita semua dengan alat penyeimbang tubuh yang dibuat khusus dan diletakan-Nya di dalam telinga ?
Meski kecil dan tersembunyi tapi mampu membuat manusia berjalan seimbang di atas seutas tali dalam sebuah pementasan sirkus. Apalagi hingga bersepeda di atas sebuah tali.
Mungkin melakukan lompatan-lompatan mematikan bagi seorang atlet lompat indah di atas sebuah tongkat itu adalah hal biasa. Hal biasa yang dilihat manusia awam menjadi luar biasa.
Gelang karet kecil yang ‘katanya’ bisa menambah keseimbangan tubuh manusia dengan kekuatan supernya. Tidak akan jatuh jika didorong, meningkatkan kinerja atletik tubuh, meningkatkan sirkulasi darah, menghilangkan stress, mengurangi peradangan, menambah kekuatan, dan meningkatkan kualitas tidur. Begitulah kira-kira spesifikasi gelang Power Balance.
Gelang karet ‘gaul’ yang dihargai sekitar 300 ribu rupiah itu mampu menyeimbangkan tubuh. Semahal itukah harga sebuah gelang karet biasa berbentuk seperti jam kecil yang biasa dijual di pinggir jalan dengan harga lima ribu rupiah saja. Otak para pebisnis memang tidak mengenal logika dan hatu nurani hanya mengenal rupiah.
Target market remaja, atlet, dan artis. Sesuai ekspetasi, produsen sukses menjual karet warna-warni itu ke tangan para target. Konsumen sebagai pembeli pun sepertinya tidak tau apakah benar gelang itu berfungsi sesuai spesifikasinya. Setidaknya sugesti penjual tersampaikan dengan sangat baik kepada pembelinya ketika mencoba gelang sakti tersebut.
Power Balance sukses menjadi perbincangan masyarakat Jakarta di tahun 2010. Sepertinya para sosialita elite itu tidak percaya diri jika tidak tampil dengan Power Balance. Apalagi tempat penjualannya yang cukup bergengsi berlabelkan brand Point Break. Semakin menariklah bagi mereka yang masih hidup dalam tingkat kegengsian tinggi itu.
Bagi kalangan olahragawan dipastikan jauh lebih seimbang dengan menggunakan Power Balance saat bertanding. Ibarat kata di dorong musuh pun tak mempan. Tapi mana sumbangan emasnya di Sea Games lalu ya ?
Remaja, lagi-lagi mereka adalah si kalangan generasi ‘gaul’ yang tidak pernah ketinggalan barang baru. Yah tidak ‘gaul’ kalau tidak pakai gelang mirip artis kesayangannya. Apalagi warnanya yang cukup cerah dan bisa dipadu-padankan dengan warna baju.
Cukup dengan semua pengaruh besar Power Balance lebih baik kita buktikan kekuatan asli gelang karet tersebut. Apakah kalian kaum sosialita elite, remaja, dan atlet sudah benar-benar merasakan manfaat gelang tersebut ?
Jangan bersedih jika sudah punya stok Power Balance lengkap dar berbagai warnanya, apalagi membeli dengan harga aslinya, karena manajemen Power Balance di Australia mengakui belum ada penelitian ilmiah yang mendukung klaim mereka bahwa gelang karet berhologram itu bisa meningkatkan kekuatan dan keseimbangan tubuh pemakai.
Berbahagialah kalian semua yang tidak turut dalam arus kegengsian ibu kota. Sebagai masyarakat Jakarta yang sudah cukup tinggi tingkat pendidikannya harus bisa lebih memilih mana yang logis dan tidak. Mudah termakan sugesti omongan penjual lalu percaya begitu saja. Harga mahal tidak selamanya bisa menjadikan acuan kualitas sesuatu hal.
Term power pun hanya kata pengalih bagi pemikiran manusia untuk secara tidak langsung menuruti ‘si berkuasa’.
Mahal, tinggi, berkuasa, hebat, dan kelas atas bukanlah alasan manusia untuk mengikuti aturan si pemilik kuasa dan tunduk dalam tipuan abstrak sesaat. Mereka tertawa senang melihat kebodohan manusia lainnya karena takut untuk tidak mengikuti ‘aturan’ pergaulan yang tercipta di ibu kota.

“ Power tends to corrupt “
Manusia yang hidup dalam kekuasaan pasti memilih kecenderungan untuk melakukan kecurangan klise seperti korupsi. Mati-matian mengejar kekuasaan tinggi hanya untuk mengambil hak orang lain. Manusia tidak pernah menemukan titik klimaks dalam hidupnya.
Lihat saja era Soeharto. Contoh penguasa orde baru yang benar-benar bisa menaklukan rakyatnya pada masa kepemimpinannya. Presiden yang memimpin Indonesia selama 32 tahun tersebut berhasil menggunakan kekuasaannya dengan sangat maksimal. Berani melawan beliau ataupun mengganggu ketenangan keluarganya berarti mati.
Pola kepemimpinannya yang otoriter dan mampu membuat satu Indonesia memercayai bangsanya ke tangan seorang penjahat. Siapa sadar keadaan bangsa yang aman tentram ternyata sedang ada pencuri yang secara perlahan-lahan mengatasnamakan negaranya untuk sekedar belanja keperluan keluarganya.
Hampir seluruh aspek bisnis yang ada di Indonesia ingin dimilikinya. Mulai dari PAM, PLN, pertelevisian, penerbangan, jalan tol, pom bensin, dan banyak aspek penting lainnya.
Maruk sekali manusia seperti itu. Menjadi pesaing Tuhan seakan-akan keinginan terbesarnya. Apakah etis menghabisi hak orang lain demi kepuasan pribadi ? Di manakah hati nurani kalian para penguasa elite ?





Deasy April
Jurnalistik 08
Kolom - UAS Penulisan Opini dan Tajuk Rencana

8.1.11

sorry to say..
Ini dramanya sangat amat mengganggu sekali loh.
Baik itu dari kalian, Anda, kamu, meraka, dan siapapun itu yang menyukai drama bodoh dalam hidupnya.
Sesekali tak apalah, tapi jika keterusan cape juga menanggapi hal seperti itu.
Maaf jika saya akan tidak meladeni kalian-kalian si pelakon drama itu selama kalian masih mengganggu.